Idang Rasjidi, Musisi Jazz Legendaris yang Tetap Bergaya “Urang Bangka”

avatar ADMIN

Oleh: AHMADI SOFYAN (Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya)

Walau diri populer, berkiprah di tingkat nasional bahkan internasional, tapi gaya “Bangka”-nya tidak pernah hilang, baik ucapan maupun gaya bicara. Fenomena “budak” sekarang ini, baru sekali tampil di tivi, tapi gaya-nya sudah “ngartis” bahkan hilang rasa dan gaya “urang Bangka”-nya.


JAUH sebelum saya bertemu dan bercengkerama langsung dengan sosok ini, namanya sudah lama saya dengar dan beberapa kali melihatnya di layar televisi. Idang Rasjidi, sosok musisi Jazz legendaris yang pernah dimiliki oleh Indonesia ini asli kelahiran Bangka. Ayahnya Ahmad Rasjidi (mantan Bupati Bangka), kakaknya Chaerul Rasyid (Mantan Kapolda Jawa Tengah & Kapolda Aceh), adiknya Apik C Rasjidi adalah salah satu Tokoh Bangka Belitung yang adalah kakak sekaligus sahabat diskusi saya.

Pertama kali bertemu dengan Idang Rasjidi, ternyata beliau tetap menggunakan bahasa Bangka: “Ape kabar ka ne, Jok?”. Begitulah setiap kali berjumpa dengan sosok yang selalu ceria dan mudah mengumbar tawa. Duduk dan diskusi serta bercengkerama dengan Idang Rasjidi, kita tidak merasa sedang berhadapan dengan Musisi Jazz ternama. Padahal kiprahnya sudah sampai Internasional. Siapa sih artis nasional dan tokoh nasional kala itu yang tidak mengenal namanya? Sebab, bicara musik jazz di Indonesia, tidak akan pernah bisa meninggalkan nama dan sosok Idang Rasjidi. Gayanya “selenge’an” alias apa adanya alias tidak “ngartis”, tawanya renyah, suaranya membahana, apalagi kalau bicara serius dan marah, sesekali ia tampak-kan gaya “taipau”.

Beberapa kali bercengkrama dengan Idang Rasjidi yang biasa kami sapa “Bang Idang”, tampak sekali beliau sosok yang mudah akrab dengan semua orang. Pernah bersama kawan-kawan seperti: Nico Alpandy, Fathurrakhman/Boy (sekarang Ketua PWI Babel), Ahmadi Sofyan, Donny Fahrum, Supri dan lain-lain, kami mengadakan acara untuk pertama kalinya dilakukan, yakni “Jazz on The Bridge – Bangka (JoBB)” 29 – 30 Desember 2017. Penampilan para musisi Jazz Nasional di Jembatan Emas Kepulauan Bangka Belitung.

Pastinya kami mampu melaksanakan kegiatan tersebut bukan karena kami, tapi karena Idang Rasjidi. Kegiatan yang sangat meriah itu selain dihadiri masyarakat umum secara gratis, juga dihadiri oleh para pejabat tinggi di Provinsi Kep. Bangka Belitung, seperti Gubernur, Kapolda, Danrem, Danlanal, Kejaksaan dan lain sebagainya. penampilan memukau itu pun selain diisi oleh band-band lokal sebagai pembuka, juga menampilkan banyak artis Jazz Nasional, seperti: Fariz RM, Tompi, Mus Mujiono dan yang pasti Idang Rasjidi and Syndicate.

Selama kenal dan bercengkerama dengan Bang Idang Rasjidi, saya mencatat ada beberapa karakter yang menjadi teladan bagi musisi-musisi muda atau pelaku seni yang ingin berkiprah di tingkat nasional bahkan Internasional.

Fokus Pada Profesi yang Digeluti. Benyamin S, Seniman Legendaris Betawi & H. Rhoma Irama The King of Dangdut, Pelawak H. Bolot dan Malih Tong Tong, adalah contoh orang-orang yang fokus serta konsisten terhadap profesi yang mereka geluti dan akhirnya menjadi legend. Begitu pula dengan putra Bangka penggemar otak-otak depan BCA Jalan Mentok, Idang Rasjidi, menjadi Legend of Jazz karena serius dan fokus pada profesi yang digeluti. Keahlian seorang Putra Bangka, Idang Rasjidi dalam bermain musik diakui semua musisi Indonesia. Ia pernah berduet dengan artis-artis nasional ternama maupun internasional. Bahkan di luar jalur musik Jazz, seperti Rhoma Irama.

Pelajaran penting dari apa yang dilakukan oleh Idang Rasjidi bahwa serius dan fokus pada profesi yang digeluti akan membuahkan hasil manis. Seringkali kita “lapar mata” atau “lapar profesi”, karena melihat teman berhasil dibidang bisnis, kita pun ingin berbisnis. Melihat teman populer dibidang entertain, kita pun begitu mudah banting setir mengekor. Begitulah akhirnya kita tidak pernah mencapai puncak dan pada titik akhir waktu telah selesai.

Kental Karakter Kedaerahan. Mengenal sosok Idang Rasjidi, dari gaya bicara dan gaya bergaul, maka kita akan mudah menebak bahwa ia orang Bangka tulen. “ngerapik, budu bagak, pale akek ka” adalah sebagian kalimat candaan yang sering saya dengar dari Bang Idang Rasjidi. Tidak ada ia sok-sok’an bergaya “ngartis” lantas seperti tidak mengenal lagi darimana diri berasal. Sebab, banyak sekali kita saksikan, baru sekali nongol di tivi, tapi sudah merasa selebritis. Baru beberapa bulan tinggal di Jakarta, sudah bicara “Lu” “Gua” dan seperti lupa bahasa Ibu (Daerah).

Sebetulnya tidak ada orang yang lupa bahasa Ibu-nya, hanya saja karena merasa gaul, sok, ngerapik, taipau, sehingga berbicara pun seperti logat orang luar. Seakan-akan tak pernah lahir dan besar di negeri sendiri. Makanya, seringkali saya ungkapkan dalam berbagai kesempatan: “Taipau boleh, Jok! Asak jangan taipau begereng atau taipau madun”.

Ingat, urang Bangka kalau sudah bosan, akan mengalami 3 tingkatan: (1) Langok (2) Melengos (3) Gelik Yok. Kalau sudah pada tingkat urang lah “gelik yok”, maka susah diobatin.

Tegas. Jangan coba-coba bicara dengan Idang Rasjidi kalau tidak cukup pengetahuan tentang yang diobrolin, bisa kena “sekak”. Sosoknya dikenal tegas dan tidak tedeng aling. Bahasanya kental dengan bahasa Bangka kalau sudah emosi, seperti: “Ngerapek”, “Pale Akek Ka” dan lain sebagainya. bahkan tidak jarang saat bernyanyi di atas panggung, Idang Rasjidi secara spontanitas menggunakan Bahasa Bangka. Kadangkala dalam syair yang ia bikin spontanitas tersebut berisikan “nyarot” atau bahasa jorok yang membuat kita yang mengerti menjadi tertawa ngakak. Idang Rasjidi adalah musisi tegas dan seniman sejati, ia tidak bisa diatur kala di atas panggung. Saya yang pernah menjadi MC kala ia tampil di panggung, harus mengikuti apa yang ia mau dan tidak bisa menurut kemauan kita sebagai pemandu acara. Kalau tidak, panggung bisa ia tinggalkan saat itu juga.

Musisi Berkarakter. Musisi dengan penyanyi itu berbeda, artis dengan aktor itu jauh berbeda, seniman dan pelaku seni juga berbeda. Semua orang bisa menyanyi, tapi tidak semua penyanyi adalah musisi. Semua orang dapat diartiskan, tapi tidak semua menjadi aktor/aktris. Pelaku seni bisa siapa saja, tapi tak semua pelaku seni adalah seniman.

Musisi, aktor dan seniman itu adalah jiwa, bukan sekedar profesi. Idang Rasjidi adalah musisi dan lebih dari itu ia adalah musisi berkarakter. Kekuatan jazz ada pada Idang Rasjidi, begitupula Idang Rasjidi akan kuat dengan Jazz. Keduanya melekat bagaikan mur dan baut. Akhirnya Jazz ditangan seorang musisi bernama Idang Rasjidi menjadi berkarakter dan Idang Rasjidi akan nampak karakternya ketika ia bermain musik Jazz. Sebagaiman Rhoma Irama dengan Gitar dan Dangdutnya dan Dangdut dengan Rhoma Iramanya.

***

NAH, lahirnya putra Bangka bernama Idang Rasjidi dan hadirnya di pentas musik nasional bahkan internasional telah memberikan arti bagi kehidupan kita. Beliau telah memberikan yang terbaik kepada negeri ini melalui profesi yang ia geluti. Ia telah berhasil menjadi legend disaat orang-orang masih sibuk survey “30 Orang Berpengaruh Bangka Belitung” atau “10 Pemuda Berpengaruh Bangka Belitung”, yang saya sebut mereka sedang (maaf) ber-“onani”.

Selamat jalan abang kami, Idang Rasjidi. Kenangan dan karyamu akan terus diingat. Kami masyarakat Bangka Belitung bangga, bahwa pernah lahir di negeri kami, sosok musisi jazz legendaris. Semoga apa yang telah Bang Idang lakukan menjadi inspirasi bagi generasi masa kini dan selanjutnya sehingga menjadi ladang pahala bagi dirimu di sisi Allah SWT. Aamiin ya robbal alamiin. Salam Bang Idang! (*)

Editor : Tim Garasi News