Pangkalpinang dan Kepemimpinan Zulkarnain Karim

avatar ADMIN

Oleh: AHMADI SOFYAN (Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya)

PAK ZUL adalah sosok pemimpin Kota Pangkalpinang yang legendaris. Sosoknya dikenal keras kepala, banyak bicara (suka berkisah), pintar, tegas, pemberani, visioner dan terbukti kerja nyata. Banyak peninggalan hasil kerja selama kepemimpinannya.

BICARA kepemimpinan di Kota Pangkalpinang, tidak akan pernah lepas dari sosok Zulkarnain Karim. Putra Koba Bangka Tengah ini selama 2 periode (10 tahun) menjadi orang nomor 1 di Kota Pangkalpinang. Alun-Alun Taman Merdeka, BTC, Jembatan 12, serta puluhan infrastruktur lainnya selama kepemimpinannya terbukti nyata di tengah masyarakat hingga saat ini masih kita nikmati.

Di periode pertama kepemimpinannya, sudah terlihat apa yang ia lakukan. Bahkan saat menjadi Sekda di era kepemimpinan Sofyan Rebuin, sosok Zulkarnain terdepan dalam pembangunan Ramayana bersama sang Walikota. Tidaklah heran, kalau pada periode ke-2 kepemimpinannya, Zulkarnain Karim tak perlu koar-koar di media mau maju periode kedua, tapi berbondong-bondong masyarakat datang untuk beliau maju kembali untuk memimpin Kota Pangkalpinang.

Sama halnya dengan Eko Maulana Ali (sudah saya tulis di media ini sebelumnya), saya mencatat, setidaknya ada 5 karakter kepemimpinan Zulkarnain Karim di Kota Pangkalpinang. Bukan sok tahu, tapi saya mengenal betul sosok ini luar dalam alias pernah menjadi Sekretaris Pribadinya dan juga tetap terus beberapa tahun mendampingi beliau kala sudah tidak menjabat lagi.

(1) Pintar & Tegas. “DAK sapa negah ikak nek jadi raje, asal jen ngeraje” ini adalah kalimat sangat populer di tengah masyarakat Pulau Bangka kala itu.

Kalimat pedas tersebut keluar dari mulut Zulkarnain Karim. Kala itu beliau menjadi Khotib Idul Fitri di Tamansari Sungailiat. Saat kalimat itu terucap, beliau masih berstatus PNS (ASN) di Pemkab Bangka yang kalimatnya sengaja “menyindir” Bupati Bustan Khalik yang persis berada di depannya.

Konon, gara-gara kalimat itulah beliau “dimeja panjangkan” oleh Bupati dengan dibuang ke Palembang (Kabupaten Bangka masih di bawah Provinsi Sumatera Selatan).

Kepintaran dan ketegasan Pak Zul dalam memimpin memang sangat terasa. Maklumlah, ribuan buku sudah beliau baca. Saya dan Pak Zul seringkali bertukar buku bacaan dan diskusi tentang buku yang sama-sama pernah kami baca. Orangnya suka berdebat karena memang memiliki banyak referensi. Beliau paling senang memiliki kawan yang cerdas, pintar dan pemberani. Jangan dikira kalau saya pernah jadi Sekretaris Pribadi beliau bahwa saya harus bersikap “iya boss” atau “oke Boss”. Justeru sebaliknya, saya dididik berdebat dan melawan. Sangat sering kami “bekelai” hanya karena saya menolak atau tidak sejalan dengan beberapa konsep atau pemikirannya. Tapi Pak Zul menyukai itu, beliau bukanlah pemimpin yang minta dipuja puji, apalagi di “Mak Erot”-kan alias dibesar-besarkan oleh orang-orang sekelilingnya.

(2) Keras Kepala & Taipau. Ketegasan seorang Pak Zul seringkali dianggap keras kepala. Sebab, beliau paling suka berdebat dan adu konsep kepada siapapun, apalagi orang pintar atau dianggap paham dengan persoalan yang didebatkan. Kegigihannya mempertahankan argumen membuat ia tidak lelah diskusi. Jangan heran, teman-teman diskusinya berbagai kalangan, tidak hanya pejabat, tapi seniman, budayawan, sejarawan, akademisi, arsitek, wartawan dan sebagainya.

Kalau bicara “taipau”, Pak Zul termasuk kategori sosok yang bergaya “taipau” tapi berisi alias punya kemampuan dalam kepintaran dan kepemimpinan. Berbagai tulisannya baik di media cetak maupun buku-buku yang ia tulis, menunjukkan betapa sosok Zulkarnain Karim memiliki kecerdasan dan pemahaman yang luar biasa. Jauh banget dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin masa kini yang penuh dengan gaya dan pencitraan tanpa isi.

(3) Bersahaja & Sederhana bersama Isteri & Keluarga. Walau pernah menjadi Sekda Kota Pangkalpinang, lalu 2 periode menjadi Walikota, Pak Zul dikenal hidup sederhana dan bersahaja. Tidak hanya dirinya, tapi juga anak-anak dan isterinya pun demikian adanya. Pak Zul selalu melarang anak-anak dan isterinya ikut campur urusan pemerintah.

Bahkan saya pernah melihat sendiri Pak Zul pernah membentak isterinya karena dianggap ikut campur urusan pemerintah. Pernah juga saya menyaksikan sendiri, ia membentak salah satu putranya, sebab memberikan masukan dalam pemerintahan. Selesai jadi Walikota, beliau tidak punya kendaraan pribadi, jadilah menggunakan mobil pribadi saya untuk membawa beliau ke mana mau pergi. Selanjutnya barulah beliau membeli mobil Avanza dan Innova (bekas). Sosoknya tidak “aji mumpung” mengumpulkan pundi-pundi uang untuk memperkaya diri, apalagi membeli barang branded oleh isteri. Jangankan itu, menampilkan isteri di baliho-baliho saja belum nyaris tidak melakukan itu, kecuali hanya pada moment tertentu.

(4) Paham Sejarah Wilayah yang Dipimpin & Visioner. Karena banyak membaca dan diskusi dengan banyak pakar atau akademisi, sosok Pak Zul dikenal memiliki pemahaman tinggi terhadap wilayah yang ia pimpin. Tidaklah heran, pembangunan yang ia lakukan tidak lepas dari pemahaman beliau tentang sejarah wilayah. Bahkan nama-nama jalan di Kota Pangkalpinang beliau lakukan dengan memberi nama-nama tokoh berjasa terdahulu di Kota Pangkalpinang. Perilaku dan konsep kepemimpinannya sangat visioner namun tidak meninggalkan ruang sejarah, budaya dan nilai kearifan lokal.

Imlek Pertama kali dilakukan di rumah dinas Walikota Pangkalpinang adalah di era Zulkarnain Karim yang dilakukan oleh masyarakat Tionghua Pangkalpinang dengan dimotori oleh Hongky Listiyadhi dan kawan-kawan Tionghua lainnya. jadi sejarah Imlek pertama kali di rumah dinas Walikota Pangkalpinang adalah sejarah baru di era Zulkarnain Karim.

(5) Disukai Sekaligius Ngeselin Para Wartawan. Pak Zul pemimpin yang tidak peduli dengan pencitraan diri! Ini salah satu yang saya sukai dari sosok Pak Zul dalam memimpin Kota Pangkalpinang. Berbagai pemberitaan negatif tentang Pak Zul selalu dihalaman muka, apalagi soal ucapan-ucapannya yang rada bikin orang “kesel”.

Seringkali Pak Zul harus berhadapan dan “berdebat” dengan wartawan, bahkan pernah didemo. Pak Zul tidak peduli dengan pemberitaan tentang dirinya bahkan cenderung menantang. Tidak heran kalau wartawan malah berani berdebat dengan Pak Zul, karena saya mengenal para wartawan-wartawan era itu sangat kritis. Sepengetahuan saya, wartawan paling sering kesel dengan Pak Zul, namun di sisi lain, mereka paling suka mewawancari Pak Zul karena semua ucapannya bisa jadi berita. Bahkan kawan wartawan pernah berseloroh: “Sekali wawancara Pak Zul, bisa untuk 1 minggu berita”.

***

PAK ZUL, walau dirinya begitu nyata membangun Kota Pangkalpinang, bahkan disebut orang-orang sebagai Bapak Pembangunan Kota Pangkalpinang, serta memiliki sifat “taipau”, namun beliau tidak pernah hingga detik ini menamakan jalan di Kota Pangkalpinang dengan Jalan Zulkarnain Karim. Sebab beliau bukan pemimpin “Mantak Malai” apalagi “Mati Mantak”. Sebab, nama orang dijadikan nama jalan, kalau orangnya sudah meninggal dunia. hanya pemimpin dungu saja yang memberi nama jalan dengan namanya sendiri di saat ia masih memimpin dan masih hidup.

Selamat jalan Pak Zul, semoga dilapangkan kuburmu dan jasa-jasamu terhadap Kota Pangkalpinang menjadi amal ibadah yang membawamu ke Sorga. Salam Pak Zul!! (*)

Editor : Tim Garasi News